Kamis, 06 Desember 2012

Saat Gaji Terlunasi Ketika Tak Lagi Bisa Dinikmati

Gaji adalah suatu bentuk kompensasi atas suatu kerja keras yang telah dilakukan seseorang kepada orang lain ataupun suatu badan. Gaji merupakan hak, yang wajib diberikan setelah orang tersebut selesai menunaikan kewajibannya. Gaji juga merupakan modal untuk terus bertahan hidup di dunia yang semakin kejam ini, dimana uang adalah segalanya. Saat gaji tertunggak, maka hidup bagaikan diujung tanduk. Miris memang, namun perlakuan seperti inilah yang akhir-akhir ini sering dialami oleh para pemain sepakbola di Indonesia. Semakin menyedihkan, ketika gaji akhirnya dilunasi, namun kematian bagaikan sebagai syaratnya.

Membaca artikel dari VOA Indonesia yang berjudul Pendukung Persis Solo Demo Menyusul Kematian Pemain Asal Paraguay tanggal 4 Desember 2012, realita kembali terungkap, saat seorang pemain harus kehilangan nyawa ketika tak punya biaya untuk berobat, dan hal itu karena belum mendapat gaji yang merupakan haknya.

Almarhum Diego Mendieta
sumber: http://www.bolaindo.com/

Tentang Almarhum

Ia bernama Diego Antonio Mendieta Romero di Assuncion, lahir di Paraguay, 13 Juni 1980. Diego mempunyai seorang istri dan tiga anak yang semuanya tinggal di Paraguay. Dia merupakan mantan pemain Persis Solo, namun masih mempunyai hak berupa sisa gaji yang belum dibayar oleh Persis Solo versi PT Liga Indonesia sebesar Rp 84 juta yang merupakan 4 bulan gaji, juga sisa kontrak sebesar Rp 47 juta, sehingga totalnya mencapai 131 juta.

sumber: http://www.wartakotalive.com/

Meninggalnya Sang Pemain

Diego Mendieta meninggal pada Selasa dini hari, tanggal 4 Desmber 2012, disebabkan oleh virus dan jamur yang telah menyebar di tubuhnya. Virus yang bernama Cylomegalo terdeteksi telah menyerang mata dan merambat hingga ke bagian otak dibarengi dengan jamur jenis Candidiasis yang telah menyerang kerongkongan dan saluran pencernaan. Virus dan jamur tersebut telah menyebabkan daya tahan tubuh Diego terus melemah. 

Selain secara klinis, faktor psikologis juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatan Diego, yang sering mengeluh kesepian karena seluruh kerabatnya berada di Paraguay.
"Diego pernah disuruh pulang sama istrinya, dibelikan tiket ke Paraguay, tapi dia malu karena belum dapat materi banyak di Indonesia." ungkap Pak Tun -divisi transportasi sekaligus penjaga mess Persis Solo
Diego Mendieta meninggal setelah sempat menjalani perawatan di RS Moewardi sejak 27 November 2012 lalu. Awal bulan November lalu, Diego dirawat di RSI Yarsis Solo dan didiagnosis menderita tifus, dirawat hingga sepekan. Tak sampai sepekan pulang dari rumah sakit, Diego kembali dirawat di rumah sakit RS PKU Muhammadiyah Solo lantaran kondisinya kembali melemah. Hampir sepekan dirawat pihak rumah sakit belum menemukan penyakit yang diderita Diego, sehingga dirujuk ke RSUD Moewardi.

Tak adanya biaya yang cukup membuat Diego telat melakukan pengobatan, dan harus terpaksa berhutang di rumah sakit saat kondinya telah sangat lemah.
Saat dirujuk ke sini [RS Moewardi] kondisi almarhum sudah melemah, badannya sudah turun 10 kilogram dan komunikasinya juga kurang lancar," kata Kepala Bagian Penyakit Dalam RS Prof Dr Moewardi, Guntur Hernawan.
Segala persoalan administrasi maupun biaya perawatan almarhum sendiri telah ditangani oleh agen yang mempekerjakannya bersama dengan Mantan Ketua Umum Persis Solo, FX Hadi Rudiatmo yang kini menjabat sebagai Wali Kota Surakarta.

Kehidupan Sehari-hari Diego

Di Solo, Diego Mendieta hidup pas-pasan. Karena gajinya yang tak kunjung dibayar dia pun sering menunggak pembayaran sewa kosannya.

Istri dan Kedua Anak Diego
sumber: http://assets.kompas.com/data/photo/
Diego tinggal di kamar nomor 8 di lantai satu sebuah kos di Kampung Kalitan, Solo. Kamar itu berukuran 4 x 3,5 meter, dengan biaya sewa Rp 1.150.000 per bulan. Fasilitas yang ada hanyalah ranjang tunggal, mesin AC dan TV. Di atas TV terdapat foto istri Mendieta yang sedang merangkul anak-anak mereka. Di atas lemari kecil terdapat patung Bunda Maria dan sebuah salib, sedangkan di rak sepatu, terdapat tiga pasang sepatu bola dan beberapa pasang sandal, juga beberapa helai pakaian.

Selain membayar kos, dia juga kesulitan memperpanjang Visa dan KITAS karena tidak mampu membayar perpanjangannya. Jadi bisa dibayangkan, betapa besarnya tekanan mental yang justru semakin memperlemah daya tahan tubuhnya.
"Ia praktis ditelantarkan, satu-satunya bantuan yang ia terima adalah dari tiga kenalan asal Paraguay, tak ada lagi selain itu," ujar Valeria, istri Diego dalam wawancara kepada Radio Cardinal di Asuncion, Paraguay, yang dilansir Reuters.
Sungguh menyedihkan, sebuah klub yang masih mempunyai hutang kepada seorang "bekas" pemain, sama sekali tak memperhatikan kesejahteraan orang yang telah berjasa kepada mereka.

Peti jenazah dari Rumah Duka Thiong Ting, Solo
sumber: http://assets.kompas.com/data/photo/

Kisah Akhir yang Menyedihkan

Kekurangan pembayaran gaji akhirnya langsung ditransfer ke rekening istri Mendieta di Paraguay pada 5 Desember. Ya, lunas disaat sang pemain telah meninggal dunia dan tak dapat menikmati sepeserpun dari hasil kerja kerasnya. 

Jenazah sendiri akhirnya dipulangkan ke tanah airnya dengan pesawat melalui Bandara Adi Soemarmo, Solo, pada Rabu sore. Puluhan pendukung Persis Solo, Pasoepati, turut melepas kepergian jenazah. Pihak klub, PT Liga Indonesia, dan PSSI menyatakan bahwa mereka memfasilitasi kepulangan jenazah ini. Dan kita hanya bisa berkata, selamat jalan, Diego.


Dualisme Persepakbolaan Indonesia
sumber: http://rri.co.id/Upload/Berita/dualisme.jpg

Akibat Dualisme yang Tak Kunjung Usai? 

Banyak yang bilang dualisme di tubuh persepakbolaan Indonesia sebagai penyebab awal tragedi ini. Bagaimana bisa? Logikanya, Indonesia memiliki banyak klub sepakbola. Klub-klub ini terbagi dalam berbagai divisi. Bukan rahasia lagi bila tidak semua klub mampu mengatur financial mereka masing-masing yang dapat menjamin setiap pemain ataupun ofisialnya. Ketika klub-klub “kecil” menghadapi krisis financial seperti ini, dualisme di tubuh persepakbolaan Indonesia justru mencuat.

Dualisme ini menyebabkan klub-klub kecil dan besar pun terbagi-bagi. Klub-klub kecil yang sebelumnya ada di Divisi I, II, ataupun III milik PSSI berpindah ke liga milik KPSI. Akibatnya, ada kenaikan mobilitas di klub-klub milik PSSI ataupun KPSI. Konsekuensinya, klub-klub kecil yang mengalami kenaikan mobilitas ini, harus  mengeluarkan dana yang cukup besar agar mampu bersaing. Celakanya, financial klub seringkali mengalami kemacetan sehingga gaji para pemain dan ofisial harus tertunda.

Singkatnya, dualisme memunculkan banyak klub tetapi tanpa dukungan finansial yang memadai. Hal itu menyebabkan tidak sedikit pemain yang tak diurusi klub, seperti belum dibayar gajinya. Setiap klub berlomba-lomba mengontrak pemain asing, entah punya uang atau tidak.

Kasus Persis Solo terjadi karena klub ini hanya punya modal sekitar Rp 3 miliar, yang normalnya membutuhkan dana sebesar 20 miliar untuk menjadi klub yang berpondasi kuat. Seperti diakui manajemen klub, pihaknya menunggak gaji pemain karena pengelolaan anggaran yang minim tak sesuai dengan pengeluaran yang besar. Dengan modal seadanya, harapan memperoleh pemasukan tinggal angan belaka, karena hanya dapat mengandalkan tiket masuk yang tak seberapa.

Yang perlu dicatat,  kompetisi sepakbola di Indonesia masih banyak kekurangan, diantaranya:
  • Tak pernah dibangun berdasarkan studi kelayakan, tak ada riset dan kalkulasi berapa biaya minimal yang harus dikeluarkan sebuah klub untuk ikut kompetisi. 
  • Tak diketahui daerah mana yang pantas menyelenggarakan kompetisi di lapis satu-dua-tiga-dan seterusnya. 
  • Tak diperhitungkan apakah kota tertentu memiliki daya beli tiket dan souvenir klub. 
  • Tak ada aturan tentang siapa yang berhak punya klub dan tak ada aturan kepemilikan saham. 
  • Tak ada panduan bagaimana dan oleh siapa semestinya klub dikelola, bagaimana keamanan kompetisi diurus, bagaimana klub diberi arahan untuk menjaring dana/sponsor.

Semua hal diatas menyebabkan klub terbentuk asal-asalan alias "asal jalan", tanpa fondasi yang kuat, bagus, baik, dan benar. Padahal, kompetisi profesional selain berfungsi sebagai industri hiburan, juga sekaligus sebagai pembinaan sepak bola sebuah negeri. Tapi sepertinya, kedua fungsi ini diabaikan demi meraup untung beberapa pihak semata.

Kompetisi profesional bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri dalam sistem sepak bola sebuah negara. Dia hanyalah puncak piramida pembinaan, yang butuh topangan dari bawah. Fondasi harus kuat, tatanan harus jelas. Dengan sebuah piramida, pengelola dan pelaku sepak bola menjadi paham di mana peta mereka dan ke mana tujuan. Tanpa itu semua persepakbolaan Indonesia menjadi sulit dan mungkin tidak akan pernah berprestasi.

Sudah saatnya PSSI membuat cetak biru piramida pembinaan dan pengelolaan sepak bola dengan membuat liga berjenjang yang dijalankan dengan teratur dan konsisten. Perhitungan hak dan kewajiban setiap pelaku dalam industri industri ini juga harus diperhatikan. Jangan biarkan lagi klub amatir dengan sumber dana yang tak jelas bisa dengan mudah mengikuti liga profesional.

Namun, sebelum mencapai kesana, tentu Menpora harus tegas untuk segera menyelesaikan dualisme yang tak kunjung usai ini. Menpora selaku pimpinan tertinggi berhak untuk mengeluarkan keputusan, yang tentu dapat diterima semua pihak. Dengan berakhirnya dualisme ini, tentu akan membuat persepakbolaan Indonesia kembali fokus, dan menjadi industri yang menguntungkan bagi kejayaan republik ini sendiri.

Asosiasi Pemain Professional Internasional
sumber: http://bolanewz.files.wordpress.com/

Dampak Wajah Indonesia Dimuka Internasional

Jelas, kabar ini kembali meruntuhkan kepercayaan dunia terhadap persepakbolaan Indonesia. Krisis dualisme yang belum juga berakhir malah ditambah dengan mencuatnya kasus ini hingga terdengar secara internasional.
Tak diragukan lagi, karena orang asing secara langsung terlibat dalam kasus ini.

Kabar meninggalnya Diego Mendieta telah sampai ke markas asosiasi pemain profesional internasional atau The Federation Internationale des Associations de Footballeurs Professionnels (FIFPro). Mereka terkejut dan akan melaporkan kasus ini ke FIFA.
"Saya tahu banyak cerita pemain yang tidak dibayarkan gajinya oleh klub-klub mereka, dan harus menunggu sampai berbulan-bulan. Tapi saya tak pernah mendengar kisah seperti ini, di mana ada seorang pemain sakit parah tapi dibiarkan begitu saja oleh klubnya." ujar Sekjen FIFPro Divisi Asia, Frederique Winia.
Atas kejadian ini, Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) mendapatkan perintah dari Menpora untuk melakukan penyelidikan, dan akhirnya memutuskan akan memberi sanksi kepada Persis berupa pelarangan mengikuti kompetisi sampai waktu yang belum ditentukan.
"Kami memutuskan untuk memberikan sanksi kepada Persis Solo, tidak boleh ikut kompetisi apapun. Meski baru secara lisan, tapi ini keputusan yang sudah sangat prinsip." ujar Plt Ketua Umum BOPI Haryo Yuniarto.
Memang, yang berlalu biarlah berlalu, sambil terus berharap agar kejadian memalukan seperti ini takkan pernah terulang kembali. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua kalangan yang terkait, sehingga dapat memajukan persepakbolaan Indonesia menjadi lebih baik, yang siap bersaing di kancah internasional. Tak lupa, penulis mengucapkan turut berbelasungkawa, terutama kepada keluarga yang ditinggalkan. Semoga engkau tenang disana, Diego.

Sebagai penutup, berikut ini keinginan terakhir Diego yang ditulis dengan tinta merah dan dipajang sebagai gambar identitas akun BlackBerry Messenger beberapa pemain serta pelaku sepak bola:
 Gak minta gaji Full
Aku
Cuma minta tiket pesawat
Biar bisa pulang
Ketemu MAMAH
Dan
Mati di negara saya
RIP#Diego Mendieta
Tulisan ini diikutkan dalam kompetisi blog VOA Indonesia, dengan berbagai referensi tulisan dari:

Jumat, 30 November 2012

Perkenalkan, Daihatsu Terios. Sahabat Petualang Sejati


Dilihat dari header diatas, sudah jelas kan kalo Daihatsu Terios didesain khusus bagi para petualang? Yup, dilihat dari segala hal, mobil ini dikhususkan buat sahabat-sahabat petualang. Mau bukti? liat nih spesifikasi khususnya:


ELECTRIC POWER STEERING (EPS)
Kemudi menjadi lebih ringan, jadi siap menghadapi medan seperti apapun, karena memudahkan mengontrol mobil dalam kondisi jalan yang beragam. Tentu, juga hemat bahan bakar demi memuaskan jiwa petualangmu kemana saja. Jadi, jarak bukan halangan untuk berpetualang, karena nggak akan menguras kantong dengan jarak yang jauh sekalipun. 


PROJECTOR HEADLAMP (TX) Desain sporty, memberikan pencahayaan maksimal, siap digunakan untuk berpetualang di tempat segelap apapun. Tempat berkabut pun siap untuk ditembus oleh cahaya lampu ini. Tenang aja.

REAR LAMP Lebih modern dan dinamis, juga meningkatkan visibilitas kendaraan dari belakang. Jadi, saat berpetualang bersama temen-temenmu dalam iring-iringan mobil, nggak bakal terpisah deh. Pokoknya, liat aja terus lampu belakang mobil teman di depanmu.


AC DOUBLE BLOWER (TX) Kesejukan merata, membuat selalu nyaman untuk berpetualang di tempat sepanas apapun. Ramai dan penuk sesak, tak akan terasa gerah, jadi berpetualang bersama-sama orang yang disayangi nggak akan tertunda cuman gara-gara takut kepanasan.


7 SEATER
Tempat duduk yang nyaman, cukup untuk 7 penumpang? Ini keharusan dari sebuah mobil untuk sahabat petualang semua. Penat tak terasa, apalagi ramai-ramai bersama orang-orang yang dicinta. Nikmatnya berpetualang bersama dijamin bakal terasa.

FRONT BUMPER Desain bumper baru yang lebih kokoh, sporty, juga aerodinamis membuat mental sahabat semua bakal siap untuk menghadapi keadaan jalan seperti apapun. Lewati semuanya dengan bumper ini.

REAR BUMPER 
Sama dengan Front Bumper, desain bumper baru ini lebih kokoh dan sporty demi memuaskan hasrat berpetualang sahabat semua.

SHIFT KNOB WITH SHIFT LOCK (A/T) Desain sporty dan ergonomis, dilengkapi dengan Shift Lock (A/T), jadi lebih aman saat parkir di jalan menanjak/menurun. Safety first, right guys?

STEERING WHEEL WITH AUDIO SWITCH (TX A/T) Bosan berpetualang seharian? Hanya dengan sentuhan jari di kemudi, mainkan audio player untuk kembali bersemangat. Nggak perlu repot lagi ngejangkau audio player di dashboard, sekaligus kagetkan penumpang lain yang nggak tahu tentang hal ini, lalu bilang aja kalau Terios juga bisa sulap. Siapa tahu nanti dia juga langsung ikutan beli mobil ini.




Cuman itu aja? Eits, masih ada nih dari segi performance. Ini nih beberapa fitur yang cocok buat sahabat petualang semua:


TAF (TOTAL ADVANCE FUNCTION) BODY Adalah teknologi keselamatan pasif pada konstruksi body mobil yang akan menyerap efek benturan pada saat terjadi tabrakan. Yup, namanya berpetualang bisa aja kan terjadi tabrakan? Tentu, kita nggak mendoakan yang jelek ya sahabat. Nah, fitur ini diperuntukkan bagi sahabat yang suka berpetualang di medan yang ekstrem, jadi jiwa petualangan terpuaskan, tanpa menimbulkan cedera apapun bagi sahabat. 


VVT-I
Variable Valve Timing Intelegent adalah adalah teknologi yang mengatur sudut camshaft secara dinamis agar dapat menyesuaikan dengan putaran mesin, sehingga meningkatkan tenaga mesin, hemat bahan bakar dan ramah lingkungan/emisi bersih. Jadi, berpetualang di alam nggak akan merugikan alam itu sendiri, juga nggak akan merugikan dompet kita sahabat.

VENTILATOR DISC BRAKE  Adalah disc sebagai bagian dari sistem pengeraman mobil dengan bentuk seperti dua piringan cakram digabung jadi satu dan ditengahnya ada celah untuk mengalirkan udara panas dengan kelebihan mampu melepas energi panas lebih baik ketika terjadi pengereman sehingga performance rem tetap terjaga. Jadi, nggak perlu ragu buat ngerem kalau ada hal-hal tertentu saat petualangan, jangan sampai jalan terus buat njaga rem tetep bagus ya.



Masih belum puas? Perlu bukti real? Ada nih buktinya. 


Sejak tanggal 10 Oktober 2012 hingga tanggal 24 Oktober 2012 yang lalu, dari Jakarta hingga  titik Nol Kilometer di Sabang, petualangan Terios 7-Wonders digelar, dengan tim petualang berjumlah 10 orang, menjelajahi keindahan alam pulau Sumatera sekaligus mengunjungi 7 spot kopi yang terkenal di Sumatera dengan tiga unit Daihatsu Terios TX-AT (2 unit) dan Terios MT (1 unit). Rentang perjalanan tak tanggung-tanggung, lo. Ditempuh sepanjang 3.567 km, selama 15 hari, sebagai bentuk uji performa Daihatsu Terios dengan beragam medan jalan, sekaligus membuktikan Daihatsu Terios sebagai SUV sejati, sebagai Sahabat Petualang sejati.
Nah, dalam petualangan itu, ada banyak hal yang ditampilkan oleh Terios, yang membuktikan bahwa dia sangat siap untuk bersahabat dengan para petualang sejati. Cek aja gambar-gambar dibawah:


Ini saat tim 7-Wonders melintasi wilayah Pagaralam, yang berada kurang lebih 1.000 m di atas permukaan laut, juga dikenal sebagai salah satu lumbung padi di Sumatera Selatan. Hebat kan? Siap di jalanan apapun.


Menyeberang sungai? Bukan masalah! Terjang sahabat! Ground clearence Terios yang tinggi akan membantumu melewati sungai kecil itu dengan mudahnya.


Menikmati indahnya pantai pasti jadi salah satu tujuan sahabat kan? Tenang, tinggal starter aja, kita jalan-jalan disana bersama Terios sambil menikmati keindahan pantai, seperti Pantai Panjang Bengkulu yang dilalui tim 7-Wonders ini.


Untuk sebuah petualangan, tentu kita juga bisa mendapati jalan seperti di Tarutung, Medan ini, kan? Tapi tentu aja, bukan masalah berarti bagi sahabat Terios.


Jalanan berkabut seperti di Takengon? tenang, dengan adanya Projector Headlamp, gak usah takut jalan nggak kelihatan.

Nah, itu dia sedikit cuplikan dari petualangan 7-Wonders yang nunjukin betapa tangguhnya Daihatsu Terios ini. 
Eh, tapi kayaknya ada yang penasaran tentang cerita lengkapnya, nih? apalagi buat kamu yang pecinta kopi, yang mau menikmati Coffe Paradise ala Sumatera, ya kan?
Langsung cek aja ke http://daihatsu.co.id/terios7wonders/news buat lengkapnya atau baca di blog ini untuk rangkuman perjalanannya, di postingan sebelumnya ya sahabat. Semoga saja bisa jadi referensi untuk petualangan selanjutnya.

Oke, jadi apa masih ragu untuk menjadikan Daihatsu Terios sebagai sahabat, wahai para petualang?  Makanya, langsung kunjungi dealer Daihatsu terdekat!


Referensi:

Petualang! Kuperkenalkan Sahabatmu, Daihatsu Terios


Hei petualang, pasti pada tahu kan mobil Daihatsu Terios? Adakah yang nggak kepengen untuk punya mobil ini? Selain keren untuk melaju di jalanan, ternyata mobil yang satu ini juga sangat kuat dalam medan yang menantang sekalipun, sehingga sangat cocok untukmu, petualang sejati. Nggak percaya? Buktinya, sejak tanggal 10 Oktober 2012 hingga tanggal 24 Oktober 2012 yang lalu, dari Jakarta hingga  titik Nol Kilometer di Sabang, petualangan Terios 7-Wonders digelar, dengan tim petualang berjumlah 10 orang, menjelajahi keindahan alam pulau Sumatera dengan tiga unit Daihatsu Terios TX-AT (2 unit) dan Terios MT (1 unit). Rentang perjalanan tak tanggung-tanggung, tidak kurang dari 3.300km, sebagai bentuk uji performa Daihatsu Terios dengan beragam medan jalan, sekaligus membuktikan Daihatsu Terios sebagai SUV sejati, sebagai Sahabat Petualang sejati.

Start!
Sepanjang perjalanan ini, terdapat tujuh spot produsen kopi yang menjadi bagian dari kekayaan alam dan budaya Indonesia. Dalam petualangan Daihatsu Terios 7-Wonders kali ini, Daihatsu ingin mewartakan bahwa Daihatsu sangatlah peduli akan segala bentuk potensi alam Indonesia tercinta. 
Dalam perjalannya, juga dilakukan aktivitas Corporate Social Responsibility  atau  dengan memberikan bantuan kepada Posyandu binaan dan usaha mikro kecil dan menengah di wilayah Bengkulu dan Medan.

Menikmati keindahan Sumatera
Di hari pertama, tim menempuh jarak hingga 567 km dari Jakarta menuju Liwa. Liwa merupakan jalur strategis yang menghubungkan tiga wilayah provinsi, yaitu Lampung, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Perjalanan yang didominasi oleh jalan yang berliku dengan tanjakan yang terjal, merupakan tantangan awal yang dihadapi oleh Daihatsu Terios beserta tim 7-Wonders. 
Melalui pelabuhan Merak-Bakauheni, tim Berangkat pada dini hari jam 23.00, dan sampai di ujung pulau Sumatera pada pagi hari. Kondisi jalan yang mulus menghasilkan kecepatan maksimal 120 km/jam dengan mudah dicapai. Namun, menjelang kota Lampung, karena lalu-lintas lumayan padat, kecepatan diturunkan rata-rata hingga 40 km/jam. 
Dari kota Lampung tim bergerak menuju Liwa, Lampung Barat. Liwa merupakan wilayah pegunungan dengan ragam jalan yang didominasi oleh tikungan pendek disertai oleh tanjakan terjal. Kondisi jalan inilah yang menuntut tim untuk pandai-pandai melakukan perpindahan transmisi. Tentu saja, jalanan seperti ini bukan halangan untuk Daihatsu Terios
Sampai di kota Liwa tepat pukul 17.00, tim menuju target pemberhentian selanjutnya yaitu Danau Ranau, Danau terbesar kedua di Pulau Sumatera, sekitar 25 km dari kota Liwa. Di Danau, tim beristirahat melepas lelah, dan Kopi Luwak khas Liwa menjadi santapan pertama di pagi buta.

Jalan sempit, bukan halangan
Hari ketiga, setelah menjalankan ibadah Sholat Jumat, tim melanjutkan ke kota Lahat dan sampai disana sekitar pukul 20.00 WIB, disambut langsung orang nomor satu di Lahat, H Saifudin Aswari Riva'i SE. Dan ternyata, mobil dinas beliau dengan plat nomor BG 1 E, adalah Daihatsu Terios. Luar biasa. 
Pukul 12.40 WIB, saat tim 7 Wonders melanjutkan perjalanan menuju kota Pagaralam. Jalanan mulai berkelok-kelok bahkan disertai dengan tanjakan terjal. Walaupun penuh dengan penumpang dan barang bawaan, ternyata ketiga Terios ini dengan mudahnya mengatasi tantangan jalanan ini. Nggak heran kan?
Pagaralam berada kurang lebih 1.000 m dpl, dan disebut-sebut menjadi daerah penghasil kopi terbesar di Sumatera. Tentu, tim tidak melewatkan kesempatan ini untuk mencicipi Kopi Pagaralam sembari beristirahat untuk hari esok.

Sungai kecil, masalah kecil
Hari berikutnya, tim bergerak menuju lokasi tempat makan siang. Jalan yang dilalui lumayan kecil dan sedikit light off-road. Untuk mencapai lokasi yang dimaksud tim 7Wonders harus membawa Terios menyeberang sungai kecil. Ground clearence yang tinggi tentu saja tak akan menyebabkan masalah melewati sungai kecil itu. 
Usai santap siang di pinggir Sungai, tim 7Wonders langsung menuju Kabupaten Empat Lawang (Tebing Tinggi) untuk mengetahui lebih lanjut tentang Kopi di Empat Lawang yang bahkan menjadi maskot di Kabupaten itu, sekaligus bermalam di rumah dinas bupati Empat Lawang. 

Hari pun  berganti, diawali dengan menikmati berbagai kerajinan di showroom kawo yang berada persis di depan Puri Emass, nama rumah dinas yang tim tempati. Disana, ada berbagai kerajinan dari batang maupun daun kopi, sebagai bukti bahwa manfaat kopi benar-benar dimaksimalkan oleh masyarakat disana.
Petualangan seru kembali dilanjutkan menuju ke Curup – salah satu sentra penghasil kopi di daerah Bengkulu melalui Kepahiang. Jalanan berkelok-kelok, naik dan turun, sepi namun sempit. Dengan mesin Terios, kapasitas 1.500 cc, jelas bukan halangan bahkan saat beberapa kali terjeblos di lubang jalan. Akselerasi di tanjakan maupun ketika menyalip kendaraan di depannya tetap terasa bertenaga.
Dan pukul 18.30, tim berhasil mencapai Bengkulu.

Pantai panjang Bengkulu
Berganti hari, tim mengikuti acara CSR berupa penyerahan bantuan untuk Posyandu dan juga UKM. Ini adalah bukti kepeduliaan Daihatsu kepada masyarakat. Bener-bener patut diacungi jempol!
Setelah acara selesai, tim melanjutkan dengan mengunjungi berbagai obyek wisata yang ada, diantaranya rumah pribadi Ibu Fatmawati Soekarno Putri juga rumah pengasingan Bung Karno di sekitar 1940-an. Daihatsu juga menghargai sejarah. Wow!

Menyisiri Pantai barat
Pagi menjelang, petualangan dilanjutkan melalui rute pantai barat. Tikungan-tikungan yang ada lebih tajam daripada jalur sebelumnya. Tim keluar dari hotel di Bengkulu sekitar pukul 7 pagi dan ternyata baru bisa merapat di tugu Jam Gadang- Bukittinggi tepat pukul 12 malam. Total waktu 18 jam dilalui dengan berkendara, menunjukkan performa Terios yang tiada duanya.

Siang hari tim baru mulai melanjutkan perjalanan menuju perkebunan kopi rakyat di Desa Sambang Banyak Jae Ulu Pungud, Mandailing Natal, karena kelelahan akibat perjalanan 18 jam sebelumnya. Desa ini berada di ketinggian 1.200 m dpl. Dari jalan raya, tim harus menempuh perjalanan kurang lebih 25 Km dan masuk  ke arah pedalaman. Jalan beraspal namun lumayan sempit. Sampai di desa, untuk beberapa saat tim mempelajari jenis kopi yang ada di desa ini. 
Setelah puas, tim menuju desa paling ujung. Jalan berganti jalanan makadam dan tanah. Off-road time! Hujan deras yang sempat turun membuat tanah jadi becek. Dan tentu, saatnya menguji Terios sebagai mobil sahabat para petualang! Ground clearence Terios teruji dan tak mudah mentok. Sementara performa girboks matik dan juga mesin 1.500 VVTI ok juga. Off-road bukan masalah. Hari itu pun tim akhiri dengan menginap di Mandhelig Natal sekitar pukul 9 malam.

Jalan boleh rusak, namun tak akan merusak sang sahabat
Pukul 08.00 pagi, tim melanjutkan perjalanan, namun tak banyak yang dilakukan, karena perjalanan yang jauh dan melelahkan. Tim 7Wonders fokus untuk segera sampai di Medan karena keesokan harinya ada aktivitas CSR disana.
Jalanan sepanjang Mandailing Natal – Tarutung kondisinya tak stabil. Sebagian mulus sebagian lagi rusak parah karena perbaikan jalan yang belum juga selesai. Kerusakan jalan ini membuat perjalanan agak terhambat. Jalanan tanah berbatu lagi-lagi menguji ketangguhan suspensi Terios. Dan hasilnya pasti, ketangguhan dijamin!

Di Medan, tim menghabiskan waktu selama 2 malam untuk memulihkan stamina, juga melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility. Bener-bener jiwa sosial yang tinggi dari Daihatsu.

Perjalanan tim 7Wonders kini mulai memasuki etape terakhir yaitu Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Seusai check out dari Hotel Santika Medan – tepat pukul 13.00 WIB, tiga Terios pun segera bergerak. Jarak sekitar 200 km pun tak terasa jauh karena jalanan yang mulus. Tim masuk kota Sabang sekitar pukul 18.30 WIB, lanjut untuk makan malam dan beristirahat.

Kabutpun tak bisa menutupi kegagahannya
Esok harinya, tim berangkat menuju Takengon ketika jam menunjukkan pukul 7 pagi. Kota Takengon adalah persinggahan terakhir tim 7Wonders dalam mengeksplorasi 7 tempat penghasil kopi di Pulau Sumatera. Menjelang masuk Takengon, komunitas jip dari Gayo sudah menunggu untuk mengawal 3 Terios mencicipi trek light off-road bukit Oregon. Kemampuan Terios lagi-lagi dibuktikan di sini. Kenyamanan juga ketangguhan Terios terbukti andal. Melewati trek tanah berbatu dengan beragam kontur, tentu saja tak ada kendala. 
Sampai di Takengon, tim tentu mempelajari kekayaan kopi disana. Dan setelah puas, kembali melanjutkan perjalanan menuju Banda Aceh, hingga pukul 23.30 WIB

Setelah beristirahat semalam di Banda Aceh, tim langsung menuju pelabuhan ferry Ulee Lheue. Sampai di pelabuhan ferry Balohan – Sabang sekitar pukul 11 siang, tim segera menuju kota Sabang. Tanpa menunggu waktu lama, 3 Terios langsung dibawa menuju tujuan akhir perjalanan panjang ini. 

Finish!
Daann rangkaian perjalanan panjang tim Terios 7-Wonders sepanjang 3.657 km selama 15 hari berakhir di tugu “Nol” Kilometer tepat pukul 12.48 WIB. 
"Selamat! Terima kasih tim Terios 7-Wonders sudah berhasil mennyelesaikan seluruh etape perjalanan panjang ini tanpa ada kendala berarti. Terbukti Terios adalah SUV yang tangguh!” 
Itulah komentar Amelia Tjandra, Direktur Marketing PT ADM, sekaligus menegaskan betapa tangguhnya Daihatsu Terios ini.

Jadi para petualang, masih ragukah kamu dengannya? Lekas bersahabatlah dengannya, Daihatsu Terios. Ia akan menjadi sahabatmu sepanjang waktu.

Referensi:
http://www.daihatsu.co.id/terios7wonders/news/